Salah satu daya tarik saham adalah investor dapat meminimalkan risiko nonsistematis melalui diversifikasi. Tidak mengherankan jika manajer investasi (MI) reksa dana saham menerapkannya dengan mengoleksi belasan hingga dua puluhan atau lebih saham dalam portofolionya.
Dengan dana kelolaan miliaran rupiah, MI mudah saja untuk melakukan diversifikasi. Tidak demikian halnya dengan investor individu yang umumnya bermodalkan puluhan juta rupiah. Dengan dana pas-pasan, investor individu yang ingin menikmati manfaat diversifikasi hanya mempunyai pilihan reksa dana saham. Untungnya kini sudah ada ETF (exchange-traded fund). Dengan modal hanya Rp300.000 (1 lot), seorang investor saham langsung di BEI saat ini sudah dapat melakukannya.
Dengan diperdagangkannya ETF berbasis Indeks LQ-45 dengan kode R-LQ45X mulai 18 Desember 2007 lalu, investor saham mempunyai alternatif investasi baru. Tanpa melalui reksa dana saham, diversifikasi sekarang dapat dengan mudah dilakukan, dan dengan biaya yang rendah pula. Apa itu ETF LQ-45 dan bedanya dengan reksa dana saham serta apa keunggulan dan risikonya?
Sejak 1990
ETF LQ-45 adalah produk reksa dana terbuka yang berbasis Indeks LQ-45 yang unit penyertaannya diperdagangkan seperti saham di BEI. Untuk pertama kalinya, ETF LQ-45 dari PT Indo Premier Securities diperdagangkan di BEI pada 18 Desember 2007, bersamaan dengan ETF berbasis indeks obligasi R-ABFII yang diluncurkan Bahana TCW Investment Management.
Di tingkat dunia, ETF pertama kali diperdagangkan di Kanada pada 1990 yaitu TIPS (Toronto Index Participation Share). Di Amerika, ETF berbasis Indeks S & P 500 diperdagangkan di Amex mulai 1993 yaitu Spider (Standard & Poor's Depository Receipts) dengan kode SPDR. Sejak saat itu ETF berkembang sangat pesat dan pada awal 2006, jumlah ETF di Amerika sudah mencapai 200 buah dengan dana kelolaan US$300 miliar.
Tujuan diluncurkannya ETF LQ-45 di BEI adalah memberikan kesempatan kepada siapa pun terutama investor kecil dan investor pemula untuk memperoleh hasil investasi yang setara dengan kinerja Indeks LQ-45. MI dari ETF LQ-45 sudah membeli 45 saham LQ-45 berdasarkan bobot masing-masing saham dalam Indeks LQ-45. Mereka kemudian menawarkan unit penyertaan dalam portofolio itu kepada para investor dalam bentuk saham.
Keunggulan
Sama seperti reksa dana saham lain, ETF LQ-45 yang terdiri atas 45 saham itu dapat diperjual-belikan. Bedanya, investor dalam ETF tidak perlu membayar subscription dan redemption fee sebesar 1%-3% tetapi cukup biaya transaksi 0,19%-0,3% untuk membeli dan 0,29%-0,4% saat menjualnya.
Selain biaya transaksi yang jauh lebih rendah, keunggulan ETF adalah transparansi. Dalam reksa dana saham konvensional, nilai aktiva bersih (NAB) akan dihitung pada sore hari setelah bursa tutup dan dapat diketahui esok harinya.
Umumnya NAB akan naik (turun) jika indeks saham naik (turun) tetapi berapa besar naik dan turunnya NAB sebuah reksa dana saham masih tanda tanya besar karena kita tidak tahu persis portofolio reksa dana saham tersebut setiap harinya.
Kita hanya mendapatkan informasi mengenai 10 saham utama kemarin (satu hari sebelum hari ini) dari suatu reksa dana saham. Bagaimana komposisi portofolio saham hari ini dan persentasenya secara tepat tidak dapat diakses dengan mudah. Sedangkan ETF LQ-45 adalah sangat transparan karena nilainya adalah sekitar Indeks LQ-45 yang setiap saat kita ketahui. Contohnya, saat diperdagangkan pertama kalinya, R-LQ45X berharga 581-586 karena Indeks LQ-45 hari itu bergerak di sekitar angka itu.
Perbedaan lain ETF LQ-45 dan reksa dana saham konvensional adalah dividen dalam reksa dana saham konvensional selalu direinvestasikan sedangkan dalam ETF LQ-45 yang diluncurkan Indo Premier bulan lalu, dividen akan dibagikan setiap semester, jika ada. Dalam 5 tahun terakhir, besar dividend yield tahunan ini cukup besar yaitu berkisar antara 3,37% - 5,88% atau rata-rata 4,58%.
Risiko
Pertama, sama seperti reksa dana saham lainnya, investasi dalam ETF LQ-45 menghadapi risiko pasar yaitu fluktuasi harga saham karena faktor ekonomi makro seperti suku bunga dan nilai tukar, dan faktor stabilitas politik.
Kedua, jika MI reksa dana saham konvensional melakukan stock picking (selection) untuk portofolionya, MI ETF LQ-45 tidak melakukan strategi aktif itu tetapi strategi pasif. Di satu sisi, strategi pasif menghemat biaya transaksi jual-beli saham untuk portofolio.
Di sisi lain, strategi ini juga mempunyai kelemahan. Saham apa pun yang ada dalam Indeks LQ-45 juga harus ada dalam keranjang saham ETF LQ-45 sebesar bobot saham itu dalam Indeks LQ-45 itu. Kita tahu kalau tidak semua saham dalam LQ-45 adalah saham layak koleksi.
Ketiga, investor dalam ETF tidak selalu dapat menjual saham ETF-nya pada harga yang diinginkan. Investor ETF harus siap menghadapi risiko likuiditas ini dan kerugian akibat selisih harga bid-ask. Namun untuk ETF-LQ45X, Anda tidak perlu khawatir karena Bapepam sudah meminta MI (Indo Premier) untuk bersedia menjadi market maker bersama dengan Sinarmas Sekuritas. Kedua perusahaan ini akan siap menjadi pembeli dan penjual stand-by demi terciptanya likuiditas dan menekan ask-bid spread serendah mungkin yaitu hanya Rp1 per saham ETF.
Memahami plus-minus ETF LQ-45 di atas, Anda masih ragu membeli R-LQ45X? Kebetulan saya sempat membelinya pada harga Rp582 pada 18 Desember dan pada 28 Desember lalu harganya sudah naik menjadi Rp596 (2,41%) dalam 10 hari. Lumayan, kan? Dibandingkan dengan reksa dana saham konvensional, ETF memang lebih menarik sehingga sangat cocok untuk investor pemula dan investor dengan dana ngepas yang ingin berinvestasi langsung sekaligus ingin menikmati manfaat diversifikasi.
Budi Frensidy
Staf Pengajar FEUI dan penulis buku Matematika Keuangan